Senin, 22 Juni 2009

PERINTAH RAJA

Tanggal 15 Juni 2009

Jam 05.30 pagi

Aku duduk di kantin asrama menunggu peserta KMMI yang akan berangkat ke Fakultas Hukum. Berhubung hari masih sangat pagi aku hanya duduk sendirian sementara panitia yang lain belum datang atau mereka bisa saja langsung ke Fakultas Hukum. Di tengah hiruk pikuk peserta yang mengambil konsumsi, aku melihat teman-teman Sahabat Asrama sedang memasang kain yang berisi tausyiah di lampu-lampu yang menggantung di langit-langit asrama. Bukan hanya itu saja, di meja-meja makan juga tertempeli kertas yang berisi do’a sebelum makan dan icon Sahabat Asrama juga disana. Aku tersenyum melihat mereka yang begitu bersemangat, lalu ingatanku melayang pada orang yang pernah bercerita padaku beberapa minggu yang lalu..

En, kakak punya sebuah kisah yang mungkin kamu bisa mengambil pelajaran darinya..

Pada suatu ketika seorang raja memanggil 3 gubernurnya. Raja tersebut merasa khawatir dengan kondisi rakyatnya yang sedang terserang wabah demam berdarah. Atas rekomendasi dari penasehat raja yang ahli di bidang kesehatan, diketahui bahwa untuk meredakan wabah ini Negeri tersebut harus menggalakkan program 3M. Membersihkan lingkungan, Menguras bak mandi, dan Mengubur barang-barang bekas. Gerakan 3M inilah yang ingin Raja sosialisasikan kepada rakyat-rakyatnya, sehingga Raja memanggil 3 Gubernurnya untuk memberdayakan masyarakat agar melaksanakan gerakan 3M sehingga wabah penyakit demam berdarah bisa dibasmi.

“Gubernurku, laksanakan perintahku dengan sebaik-baiknya, aku tidak ingin rakyatku menderita dan sengsara. Ajaklah masyarakat kalian untuk melaksanakan gerakan 3M agar wabah penyakit demam berdarah yang menakutkan ini segera diselesaikan ”, Raja bertitah.

“Laksanakan”, Gubernur-gubernut itu menjawab dengan penuh takdzim.

Sebagi tindak lanjut atas perintah sang Raja, maka 3 Gubernur itu langsung membentuk pasukan khusuh pelaksana titah Raja.

Gubernur I segera membuat ukir-ukiran yang demikian indah di seluruh daerahnya. Ukir-ukiran itu demikian mencolok sehingga seluruh rakyatnya bisa melihat dan membacanya, bahkan saking seringnya melihat, rakyat sudah hafal di luar kepala bunyi dari 3M yang disosialisasikan oleh Raja melalui Gubernurnya. Ukir-ukiran itu dipasang di jalan-jalan kota, di kantor-kantor pemerintahan, dan di setiap rumah bahkan sudah dihiasi oleh ukir-ukiran yang berisi seruan 3M.

Gubernur II tidak ingin kalah dari Gubernur I, dia segera membuat poster, baliho, dan flyer. Seluruh daerahnya sudah terpasang dan demikian mudahnya 3M dilihat dimana-mana. Setiap hari model publikasi diganti sehingga sebenarnya memakan banyak biaya, tetapi bisa dipastikan setiap rakyatnya memiliki flyer khusus yang dicetak dengan kualitas prima.

Gubernur III segera membuat inovasi cara publikasi. Dia membuat 3M dinyanyikan dimana-mana. Berbagai macam versi 3M dinyanyikan di semua genre music, Rock, Pop, jazz, hip hop, semuanya lengkap. Bahkan tidk tanggung-tanggung sang Gubernur mengadakan kontes menyanyi tingkat I semacam AFI, Indonesian Idol, yang lagu wajibnya berisi hymne 3M. Jadilah seluruh kota menjadi paduan suara yang kompak dan sigap menyanyikan 3M secara serentak. Padusnya Pak Dibyo kalah deh…

Kemudian, ada inspeksi dari Raja untuk memantau sejauh mana perkembangan gerakan 3M disosialisasikan dan dilaksanakan, sehingga tidak ada lagi rakyatnya yang menderita wabah penyakit demam berdarah. Dan betapa terkejutnya sang Raja ketika kondisi rakyat yang demikian dicintainya semakin memburuk. Dia marah, dia geram, dan rasanya dia ingin sekali menghukum Gubernurnya yang tidak becus menjalankan perintahnya. Apa saja yang mereka lakukan selama ini?

“sudahkah kalian mensosialisasikan dan melaksanakan gerakan 3 M?” Raja bertanya pada masing-masing gubernurnya.

“Siap! Saya sudah membuat ukir-ukiran tentang 3M” jawab Gubernur I

“Siap! Saya sudah membuat poster, baliho, dan flyer tentang 3M” jawab Gubernur II

“Siap! Saya sudah membuat hymne 3M dan mengadakan kontes menyanyi tingkat daerah” jawab Gubernur III

Mendengar jawaban dari 3 Gubernurnya, raja marah dan sangat geram.

“Siapa yang menyuruh kalian untuk membuat ukir-ukiran? Siapa yang menyuruh kalian untuk membuat baliho? Siapa yang menyuruh kalian membuat hymne?”

“Aku Raja kalian, memerintahkan untuk mensosialisasikan dan melaksanakan 3M, agar rakyatku yang sedang menderita bisa hidup dengan damai dan sejahtera, bukan dengan cara seperti ini. Dengan jalan yang kalian pilih, wabah penyakit yang sedang kita hadapi bukannya semakin berkurang malah semakin merajalela dan akut. Aku benar-benar tidak habis pikir dengan cara kalian”

*end*

Kemudian kakak yang bercerita padaku menyudahi ceritanya, dan mengatakan:

Seperti inilah En kondisi umat islam sekarang, barangkali kita lupa apa peritah Allah SWT terhadap umatNya. Perjuangan yang dilakukan umat Islam hanya sebatas simbol, sehingga wajar jika kita akan semakin mengalami kemunduran dan bahkan kehancuran. Kita mungkin akan maju di bidang ritual, simbol, dan ibadah. Tetapi kita akan hancur di peradaban dunia. Ini ironis, kita sudah dikaruniai oleh Allah SWT petunjuk hidup di dunia agar kita menjadi kaum yang selamat, kaum yang Allah ridho atas mereka, demikian juga sebaliknya. Tetapi kita malah sibuk berkutat pada petunjuk itu, kita sibuk memperdebatkan petunjuk itu, padahal petunjuk-petunjuk itu berisi perintah Allah untuk mempelajari dunia, alam, hukum-hukum Allah, dan segala ciptaanNya.

Barangkali kita telah salah En….

*cerita ini mengalami edit dan interprestasi dari kepala penulis*

1 komentar:

eny mengatakan...

aku memberi komen pada tulisanku sendiri...

1. sebenarnya apa yang akan kita cari pada tiap kehidupan ini?
2. apakah menjamin bahwa apa yang pernah kita lakukan ini merupakan jalan yang benar?