Jumat, 13 Maret 2009

PUZZLE PERSAHABATAN

Depok, 08 Maret 2009

Seperti biasa di hari Minggu yang cerah dan membosankan. Aktifitas rutinku bisa ditebak setiap hari Minggu. Bangun agak terlambat karena tidur lagi usai sholat shubuh, lalu kalau tidak ada halangan atau mungkin sedang ingat aku, Bapak atau Ibu telfon menanyakan keadaanku. Mungkin obrolan akan berlangsung sekitar 30 atau 60 menit dan untuk selanjutnya aku masih bingung akan melakukan apa. Biasanya aku akan mengisinya dengan membersihkan kamarku habis-habisan, seperti mencuci seprei, menata buku-buku yang berantakan, menata baju, mencuci baju, tetapi entah kenapa untuk satu hal saja, menyeterika, aku sangat ogah melakukannya dengan senang hati. Entah karena alasan apa, menyeterika adalah hal yang sangat membosankan dan menguras tenaga.

Hari ini lain dari biasanya, setelah beberapa minggu ibu tidak menelfonku, ibu telfon juga akhirnya. Aku menghindari untuk terlalu sering berinteraksi dengan rumah, akan membuatku down bila ada sedikit masalah yang menyerangku disini.

“En, ganti ke nomor m3 ya” demikian ibu memintaku pada telfon keduanya, telfon yang pertama entah kenapa terputus. Tanpa menunggu jawaban “ya” ibu sudah mematikan telfon dan aku segera memenuhi permintaan ibu dengan sedikit terhuyung-huuyung. Maklum, aku baru saja membuka mata ketika ibu membangunkanku dari tidur malas di hari Minggu.

”Drrrtt..drtttt...drtttt” hape ku begetar, dan di layar tertulis ”luphy mom” dan kusegerakan untuk mengangkatnya.

”Mbak Eny...mbak Eny, udah bangun belum?” suara cempreng adikku yang berbicara

”Udah dek, adek udah bengun belum?” aku gantian bertanya pada adik kecilku yang kedua

”Sama, aku juga udah bangun mbak” dia selalu tidak mau kalah denganku, dasar sama-sama perempuan, mungkin ada perasaan ingin berkompetisi tidak sadar dalam kepala setiap manusia yang terlahir sebagai saudara.

”Bedanya, adek nangis dulu habis bangun tidur, ngompol, ngiler, iya kan?” aku menggodanya

”Nggak kok” katanya membela diri

”Besok hari selasa aku masuk mbak, tidak pakai seragam lho, Bu Guru menyuruh memakai baju muslim, ada muludan, bawa makanan juga” dia pamer padaku dengan senang dan riangnya. Ah, anak kecil memang begitu, karena aku dulu juga merasa begitu bahagia ketika hari-hari besar agama islam dan kami tidak perlu memakai seragam sekolah, yang paling menarik tentunya kami harus membawa makanan ke sekolah untuk dimakan bersama-sama. Wiiiihhhh....jadi teringat pada kenangan masa lalu.

”En, ini ibu” ibu mengambil alih telfon rupanya, adek terlalu banyak mengambil jatahnya untuk mengbrol denganku. Lalu cerita mengalir setelahnya. Ibu bercerita tentang Eny, temanku waktu SD yang ternyata adalah putri dari teman ibu dan ayahku.

”dia mendapat musibah” ibu mengawali topiknya. Ketika mendengar berita itu, sekilas hatiku miris. Yang aku tahu keluarga Pak Ponidi, ayah Eny selalu mendapatkan kejadian yang tidak mengenakkan terkait dengan keturunannya. Dari ke lima anaknya -kalau tidak salah anaknya ada lima- yang paling cerdas adalah Eny dan kakak perempuan pertamanya. Pak Ponidi hanya memiliki satu orang anak laki-laki, dan itu pun sudah meninggal saat aku masih kelas 2 SMA. Aku ingat sekali kejadian itu. Eny sempat belajar bersamaku di Kediri, dia hanya belajar di pesantren saat sore hari dan paginya dia membantu Bulekku. Saat itu Bulekku membutuhkan perewang untuk meringankan pekerjaan rumah tangga, sekalipun aku tinggal di rumah Bulek dan pekerjaan rutin di pagi hari sebelum berangkat sekolah telah kujalankan beliau masih merasa kurang. Dan aku memakluminya, pekerjaan rumah tangga memang sangat melelahkan, apalagi Bulek hafiz Al Qur’an, sudah tentu waktunya akan banyak terkuras dengan hafalan itu, belum dengan kedua anaknya yang masih kecil, belum kewajibannya sebagai isteri yang bejibun, dan untuk meminta tolong padaku pun pasti beliau sungkan juga kalau terlalu terus-menerus. Akhirnya Ibu memberi solusi pada Bulek, dia meminta Eny yang di rumahnya tidak melanjutkan sekolah dan cukup belajar di pesantren untuk ”membantu”, sekaligus menemaniku agar aku mau ”kembali belajar di pesantren”. Ibu sudah kepalang pusing tujuh keliling menyadari bahwa putri pertamanya mulai lepas kontrol dan tambah parah saja kadar bandelnya. Waktu itu aku sempat protes karena meminta untuk kos, sedang ibu tidak mengizinkan. Alhasil aku mogok sekolah selama hampir dua minggu, ogah berangkat ke Kediri dan hanya ngetem di rumah sambil nonton televisi. Momen itu bertepatan juga dengan Bulek yang membutuhkan perewang, dan jadilah Ibu memintaku berangkat ke Kediri menemani Eny, atau Eny yang harusnya menemaniku? Ah, tidak jauh beda sebenarnya, hanya akal-akalan orang tua untuk memenuhi harapan mereka terhadap anaknya. Jadilah dua orang ”Eny” di rumah Bulek, dan untuk menghindari kerancuan penggilan nama, Bulek memanggil Eny dengan sebutan ”Pur”, berasal dari nama belakang Eny, yaitu Eny Purwati.

Waktu aku masih SD, aku ingat pihak sekolah membuatkan akte untuk murid kelas enam. Ternyata ada kesalahan penulisan pada akte kelahiran Eny. Jadilah Pak Andi guru yang bertugas sebagi koordinator akte menginterogasi Eny di depan kelas.

”En, di akte ini nama kamu berubah, yang aslinya Eny Purwanti menjadi Eny Purwati. Dari Eni yang memakai ”i” menjadi Eny yang memakai ”y”. Nah, Bapak ingin bertanya, nama kamu ingin tetap Purwanti atau Purwati? Biar tidak terjadi perbedaan nama di ijazah dan akte, mulai sekarang disamakan” beliau menanyai Eny dengan lantang. Aku ingat teman-teman berkoor ketika mendengarkan pengumuman ini. Salah pak Andi juga mengumumkan hal seperti ini di depan kelas.

”Pakai ”Y” aja En, biar sama dengan ku” aku menawarkan solusi yang menggelikan kalau ku ingat-ingat sekarang di usiaku yang sudah menginjak 19 tahun. Maklum, anak kecil sangat suka dengan segala hal yang sama dengan teman-teman sebayanya.

”Trus pakai Purwati aja, lebih bagus kayaknya daripada Purwanti” aku menambahkan option nama yang menurutku bagus untuknya.

Sekilas dia terlihat bingung, tetapi saat itulah aku terus mempengaruhinya hingga dia setuju. Ketika mengingat secuil masa laluku aku merasa sediki berdosa, dan merasa sebenarnya hidup adalah puzzle yang tidak mungkin dipisahkan karena di dalamnya semua saling mempengaruhi. Kita berdua yang ketika masih ingusan begitu erat bersahabat. Ketika kami berpisah setelah Ujian Akhir dan aku memutuskan melanjutkan di tempat yang jauh, Kediri, terlepas dari teman-temanku di Blitar. Eny, kita berdua sama-sama memiliki nama Eny, dan bukan barangkali lagi, Sahabat,,,pantas untukmu seluruh hormatku, pantas untukmu dayang-dayang dan istana-istanaku, pantas untukmu air mataku yang tersisa, untukmu seluruh keheningan dari pertapaanku, sebagai belas dan rasa hormatku. Aku, hadirmu dalam hidupku (dari sahabatku yang meninggal, LALA)

Bersatunya kembali dua orang Eny ternyata tidak berlangsung lama, hanya satu bulan, waktu yang sangat singkat. Dia harus pulang kampung ketika mendengar bahwa neneknya sakit. Sebenarnya sejak Eny berangkat itu pun neneknya sudah sakit, tetapi ternyata sang Nenek sudah saatnya harus berhadapan dengan malaikat pencabut nyawa, esok hari setelah Eny tiba di rumah. Eny memutuskan pulang hari Sabtu, dan Ahad pagi sang Nenek di bawa ke rumah sakit tetepi tidak terselamatkan. Sampai disini, pada takdir kita masih berpikir biasa-biasa saja lah, orang tua memang bisa kapan pun meninggal. Tetapi tangan-tangan Tuhan berkehendak lain, karena Allah SWT selalu menguji hambaNya yang paling kuat dengan ujian dan ujian lagi. Tahukah kita? Ternyata kehidupan sedemikian mudah di ciptakan dan dihempaskan oleh Dzat Yang Maha Kuasa. Saat orang-orang kebingungan membawa jenazah Nenek dari Rumah sakit kembali ke rumah, drama kehidupan yang menyayat memang harus diterima oleh keluarga yang sangat tangguh ini. Putra Pak Ponidi satu-satunya, yang paling kecil, meninggal dunia karena demam di rumah, saat orang tua dan kerabatnya sedang sibuk mengurus sang Nenek. Jadilah hari Ahad itu adalah hari yang sangat mendung untuk keluarga itu. Masih terekam dalam benakku Eny yang shok kehilangan 2 orang yang dicintainya dalam sehari. Dia tidak bisa diajak bicara hingga dua minggu ke depannya. Meringkuk di tempat tidur, dan air mata yang terus menetes di kedua matanya.

Hanya itukah? Tidak teman, ini adalah sebuah kisah yang nyata dan seolah seperti drama, tetapi kenyataan ini terjadi di sebuah desa kecil di Kebupaten Blitar. Kakak Eny yang kedua, keiga, dan adik perempuan Eny mengalami kelemahan berpikir, mereka sedikit terbelakang untuk masalah kecerdasan otak. Terbukti mereka selalu tinggal kelas untuk waktu yang lama. Kakak pertama dan Eny saja yang memiliki kecerdasan dan kemampuan yang selayaknya. Kakak pertama Eny memiliki suami, dan entah setan apa yang merasuki laki-laki itu, pada suatu malam dia melampiaskan nafsunya pada kakak Eny nomor dua hingga menjadi benih bagi makhluk ciptaan Allah yang suci. Saat itu, kakak Eny baru pulang mengaji melewati jalan setapak kecil yang sekelilingnya masih berupa lahan persawahan. Sudah tentu karena kejadian ini berlangsung di desa, berita yang berisi aib jauh lebih cepat menyebar dan sanksi sosial yang diberikan juga jauh lebih kejam daripada sekedar dihukum secara fisik. Hinaan, cacian, dikucilkan, barangkali menjadi santapan keluarga ini yang sudah biasa mereka rasakan.

Lalu sekarang.....

“Eny mendapt musibah En” ibu mengulangi ucapannya, sendu.

“Ada orang yang demikian bermaksud jahat menghancurkan hidupnya, orang itu merusak wajahnya dengan menyiram minyak goreng panas ke wajahnya. Sekarang wajahnya rusak, tidak berwujud seperti wajah lagi. Leher, telinga, dan bagian sekitar wajah benar-benar seperti daging matang, menghitam” ibu mengatakan padaku dengan terbata-bata.

“astaghfirullahal ‘adzim” aku berseru kaget

“serius bu?” setengah tidak percaya berusaha mempertajam pendengaranku. Rasa kantuk yang tadi menyergapku sekaligus hilang karena rasa kaget.

“iya en, masa ibu mau bohong? Ibu langsung telfon karena kawatir padamu juga, ibu mohon sekali jaga diri baik-baik disana ya nak, jangan mudah percaya pada orang dan hati-hati kalau bergaul dengan orang asing” beliau mewanti-wantiku, lalu pembicaraan panjang yang berisi nasehat pun berakhir. Masih menyisakan rasa shok dan perasaan mustahil. Teman yang dulu mengisi hari-hariku, bermain bersama, mengerjakan tugas kelompok, tawa bersama, secuil kenangan waktu SD terpatah-patah masuk dalam ingtanku. Dan ketika mendengar berita ini, sepotong hatiku seolah ikut hancur, sepotong jiwaku yang pernah ada bersamanya ikut terbang, dan sebatas kelemahan diriku, untaian do’a memohon kesabaran atas musibah silih berganti yang diterimanya.

Sebatas yang kutahu kemudian, ternyata ada seorang laki-laki dewasa yang menyukai Eny dan tidak berani menyampaikan kepada keluarga Eny untuk meminangnya. Sementara di lain pihak ada orang yang telah melamar Eny dan ingin membina hubungan yang serius antara dua keluarga. Motif cemburu, dan....pengecut yang membuat masa depan Eny hancur. Jika Doraemon itu ada, aku ingin pinjam pintu ajaib padanya, aku ingin menjengk sahabat lamaku yang dirundung duka lara, aku ingin sekedar datang untuk ketiadaan yang kuhadirkan padanya. Sahabat....kilauan permata takkan membeli bahagiamu, bukan juga tarian untuk menyambut kedatanganmu, bukan juga jamuan untuk memuaskan dahagamu dari perjalaan jauh dan melelehkan.... (dari sahabatku yang meninggal, LALA)

By : Eny Rofi'atul N.

MELURUSKAN KEMBALI SHAF YANG TERCERAI BERAI

sebuah lembar kerja untuk tugas hukum islam

”Sesungguhnya Allah SWT mencintai orang-orang yang berperang di jalanNya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti bangunan yang tersusun kokoh” QS. 61 : 4

Salah satu pokok-pokok ajaran yang berkembang dalam islam adalah Aqidah, Syari’ah, dan Akhlak. Berangkat dari sini, penulis akan mencoba membahas dimensi Syari’ah dalam kehidupan Islam. Sebenarnya ketika didengungkan kata syari’ah, orang akan cenderung berpikir suatu aturan yang pakem dan tidak dapat diganggu gugat, kearena dimensi syari’at adalah perwujudan nyata dalam menjalin hubungan dengan Allah SWT dan manusia pada umumnya. Ketentuan dalam dimensi syari’at memang sudah diajarkan Nabi Muhammad kepada umatnya melalui contoh dari beliau, seperti tata cara sholat, zakat, puasa, haji, dan cara berinteraksi umat manusia yang mengedepankan prinsip ukhuwah islamiyah. Ketiga pokok ajaran islam tadi mengarah pada implementasi masyarakat islami yang memiliki tata panduan hidup sebagai umat muslim, yaitu Al Qur’an. Tetapi ironi yang terjadi sekarang adalah bukan sebuah ukhuwah islamiyah yang terjalin antas umat muslim, melainkan perpecahan dan parsialisasi semangat islam ke dalam semangat kesukuan yang pragmatis. Ada tiga hal terkait isu berkemang yang ingin saya bahas terkait denan Al Qur’an Surat As Shaf ayat 4.

Pertama, menghubungkan artikel ”Naskah Lengkap Pakta Keamanan AS dan Irak” dengan kehidupan umat islam sekarang adalah hal yang menarik. Posisi dominan Amerika Serikat di kancah kehidupan dunia, tidak hanya bidang politik, tetapi Amerika memanfaatkan kekebalan atas super power yang ia miliki untuk membangun garda politik di bawah pengaruhnya melalui ekonomi, sosial, dan budaya. Perjanjian antara Smerika Serikat dengan Irak akan cenderung memposisikan Irak berada di bawah Amerika Serikat (ada pasal-pasal rahasia yang menyebabkan Irak tidak memiliki hak apapun terhadap sepak terjang Amerika Serikat di Irak) terbukti dengan maraknya aksi massif demonstran yang menolak ditandatanganinya Perjanjian Amerika Serikat dengan Irak melaui demonstrasi besar-besaran. Padahal awal pendudukan Amerika di Irak adalah untuk mendapatkan senjata pemusnah masal dan mematikan anasir-anasis teror. Tujuan ini berubah menjadi membebaskan rakyat Irak dari kuasa Saddam Hussein, yang kemudian beralih lagi tujuan untuk menguasai Irak dengan menjadikan Irak sebagai boneka melalui pemerintahannya.

Kedua, yang menjadi pertanyaan adalah kewenangan Amerika Serikat yang terlalu berlebihan di dunia, termasuk di Indonesia sebagai negara nasional dengan penduduk beragama islam yang terbesar di dunia. Pengaruh yang ingin diberikan Amerika ke Indonesia jelas-jelas upaya nyata sebagai wujud keinginan mengarahkan kecondongan politik Indonesia ke Amerika Serikat. Terbukti dengan kunjungan Hillary Clinton ke Indonesia sebagai Menteri Luar Negeri masa kepresidenan terpilih, Barack Hussein Obama, semakin mengukuhkan hubungan internasional antara Indonesia dengan Amerika Serikat. Sekilas stimulus yang diberikan Amerika ini sangat bagus, apalagi di tengah kondisi ekonomi dunia yang memburuk, dan ini diawali Amerika Serikat yang mengalami resesi sehingga dunia pun terpengaruh, termasuk Indonesia terkena imbasnya. Kita perlu belajar dari hal ini, semakin kita bergantung kepada kesuperpoweran Amerika, ketergantungan akan mengungkung Indonesia sebagai bangsa yang mandiri dan berdaulat. Posisi Amerika yang ingin dianggap berkedudukan sebagai polisi dunia akan menjadikan Amerika selalu berusaha memiliki urusan dan pengaruh dalam berbagai cara ke setiap negara yang memiliki daya tarik potensial bagi Amerika sendiri.

Dan yang terakhir adalah serangan Israel terhadap Palestina baru-baru ini. Sebagai polisi dunia yang memiliki pengaruh kuat terhadap ketertiban dunia, Amerika Serikat tidak mampu menjalankan peranannya dengan baik. Bahkan PBB dibuat bungkam dengan hak veto yang dimiliki Amerika untuk menolak resolusi dan pemberian sanksi tegas kepada Israel. Pada dasarnya menagkhiri serangan Israel atas Palestina dapat diupayakan melalui dua cara. Pertama adalah serangan itu sendiri dihentikan oleh kekuatan luar pemerintah Israel, dan yang kedua adalah pemerintah Israel sendiri yang harus menghentikannya. Untuk hal yang pertama dunia telah berupaya menghentikan serangan Israel. Seruan mayoritas dunia dan demonstrasi besar-besaran di sejumlah negara telah dilakukan. Sayangnya hal ini tidak cukup untuk membuat Israel menghentikan serangannya atas Palestina. Bahkan resolusi yang dikeluarkan oleh PBB juga tidak mampu memndiamkan polah tingkah Israel yang membabai buta. Sebenarnya Amerika Serikat memiliki peranan yang sangat besar atas kejadian yang menimpa Palestina saat ini karena apabila Amerika tidak ikut andil dalam Resolusi 1860, besar kemungkinan Israel akan menghentikan serangan. Kekuatan luar ini bisa berasal dari Pengadilan yang Berwenang juga, yang bertugas mengadili pelanggaran HAM dan kejahatan perang tingkat lanjut dan tingkat berat. Pengadilan yang berwenang mengadili Israel adalah Mahkamah Kejahatan (berbeda dengan Mahkamah Internasional) yang memiliki kewenangan untuk mengadili pelaku kejahatan internasional. Namun dalam hal ini pun Mahkamah Kejahatan Internasional tidak berwenang karena hingga sekarang Israel belum meratifikasi Statua Roma.

Apabila di tarik benang merah di tiga negara tadi, kesemuanya adalah negara yang mengandung unsur islam di dalamnya, yang ketiga-tiganya begitu kental dimainkan Amerika Serikat sebagai pemain tunggal. Seorang teman saya pernah mengatakan bahwa kita sebagai umat islam perlu membentuk pakta pertahanan yang bertugas melindungi umat islam di seluruh negara di dunia yang mengalami penindasan dan deskriminasi. Salahkah ini? Beberapa orang mengatakan bahwa hal ini tidak perlu dilakukan, mengingat agama hanyalah hubungan pribadi antara manusia dengan Tuhan yang dia yakini, dan masalah Israel dan Palestina tidak lebih adalah persoalan kemanusiaan belaka. Sungguh ironi jika kita sebagai umat muslim mengataka demikian, karena Allah dalam Al Baqarah ayat 111 berfirman ”Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin harta mereka dengan memberikan surga. Mereka berperang di jalan Allah, sehingga mereka membunuh atau terbunuh (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al Qur’an”. Seruan yang ada di ayat ini adalah kepada umat muslim, muslim secara universal yang tidak terkat batas wilayah dan kebangsaan, karena di mata Allah SWT hanya amal ibadah lah yang menjadikan pembeda antara umat islam. Jangan melihat kata berperang sebagai fokus utama, karena istilah perang sekarang bisa dianalogikan sebagai perjuangan untuk mediasi menyatukan umat islam dari perpesahan melawan tirani. Tetapi pada akhirnya penindasan tak berambang batas kemanusiaan hanya bisa diperangi dengan senjata pula, sebab sekalipu Allah SWT membenci penindasan dan kekerasan, tetapi apabila kita yang diserang terlebih dahulu padahal kita umat islam adalah pancang kedamaian dan ketenteraman, maka sebagaimana firman Allah SWT, kita wajib melawan untuk mempertahankan diri sebagai pihak yang terzalimi.

Seperti fenomena yang terjadi di Palestina saat ini, sebagai umat islam yang terparsialisasikan ke dalam bentuk negara-negara dan nasionalisme, kita memiliki kewajiban untuk merasa prihatin atas penindasan yang terjadi pada umat islam. Karena itulah, sebagaimana yang tercantum dalam ayat pembuka artikel ini, barisan yang teratur, apakah itu? Sudah pasti jawabannya adalah ukhuwah islamiyah. Persaudaraan di luar batas negara dan nasionalisme. Pegkoordinir aspirasi dan semangat persaudaraan untuk membela umat Islam lain di negara lain yang sedang tertindas. Barisan yan tertaur ini akan tercapai bila masing-masing pihak internal Islam itu sendiri teleh menyatakan kebulatan tekad dan niat untuk meningkatkan harkat dan derajat umat Islam yang senantiasa tertindas dan diintimidasi.

Kita tentunya paham arti shaf kan? Barisan. Meluruskan kembali barisan yang tercerai berai. Gambaran shaf salat yang tidak lurus dan bolong-bolong di dalamnya adalah penggambaran umat Islam saat ini. Sekarang pasti kita paham, kenapa dalam salat berjama’ah keutamaan shaf salat adalah yang rapat, rapi, dan lurus. Inilah jama’ah dalam lingkup kecil dan vertikal dalam hubungan dengan ibadah kepada Allah SWT. Lalu sekarang kita butuh upaya riil mewujudkan analogi shaf salat ke dalam hidup umat islam, sebagai janji Allah “mereka seakan-akan seperti bangunan yang tersusun kokoh”. Inilah perwujudan umat islam, bersatu dengan kunci mulia As Syahadatain, yaitu mengakui keesaan Allah SWT, dan bersaksi atas Muhammad SAW sebagai rasul terakhir, “the massenger”. Tentunya bangunan yang kokoh ini hanya akan terwujud jika ukhuwah isamiyah telah hidup dalam setiap nadi umat muslim di dalamnya. Dan semoga, kita masih bisa mencicipinya, sekalipun sejenak sebagai saksi berdirinya bangunan yang tersusun kokoh atas pondasi islam.


By : Eny Rofi'atul N.

RONALDO: BEDA TIPIS ANTARA ”KATA ORANG” DAN KENYATAAN

Berita olah raga di tempo menyajikan ulasan sepak bola –seperti biasanya- yang lumayan membuatku mau untuk membacanya. Kenapa begitu? Sebab dari sekian banyak pemain bola dunia yang ku kenal hanya sebatas Ronaldo, Ronaldinho, dan Rivaldo, kira-kira yang terakhir ini ada apa tidak ya? Ah whatever, yang ku ingat sebatas sama-sama berawalan ”RO”. Dan bisa anda tebak semuanya, bahwa kali ini ada berita olah raga tentang Ronaldo. Ada apa dengan Ronaldo ya? Apakah dia sedang jatuh cinta dengan Cinta seperti di sinetron Ada Apa dengan Cinta? Eiiiiiiiiiittttss, ternyata dugaan kita salah lho. Mau tau apa yang terjadi dengan Ronaldo? Let’s check it out...wakakakkak,

Bertempat di SAO PAULO, Striker Brasil, si Ronaldo itu untuk pertama kalinya merumput setelah vakum selama 23 bulan. Akhirnya aksi Ronaldo yang diprediksi tidak akan pernah terjadi lagi alias dia gak bisa berlaga di lapangan hijau muncul dan disambut dengan gegap gempita oleh para pendukung fanatiknya. Sambutan meriah langsung bergemuruh di seluruh isi stadion JUSCELINO KUBITSCHEK, ITUMBIARA saat Ronaldo masuk ke lapangan hijau menggantikan pemain JORGE HENRIQUE pada 23 menit terakhir. Ronaldo mengenakan kostum bernomor 9 ketika memasuki lapangan. Sekalipun tidak mengahasilkan satu gol pun, tetapi penampilan yang diberikan Ronaldo saat itu (Rabu, 4 Maret 2009) begitu lumayan bagus. Padahal kalau bagus kenapa dia tidak bisa mencetak gol ya? Sayang banget, karena ini merupakan pertandingan pertamanya di Brasil setelah meninggalkan CRUZEIRO pada 1994.

Ada hal yang tidak akan dilupakan oleh Ronaldo di pertandingan pertamanya ini. Sebuah bogem mikrofon akibat kecerobohan wartawan meninggalkan bekas lebam di mata kanannya. Hwahwhahwhahhw.....ada-ada saja ya di wartawan tadi. Terlalu euforia dengan munculnya sang bintang mungkin, hingga ketika pertandingna usai mereka berebut mewawancarai sang Ronaldo dengan membabi buta. Mereka -para wartawan- berebut lho untuk menjangkau Ronaldo, jadi wajar lah apabila ada kejadian yang tidak diharapkan terjadi. Kecolok mirofon. Walhasil, Ronaldo pun meninggalkan lapangan tanpa meninggalkan sepatah kata pun kepad wartawan. Malu, sebel, marah, mungkin rasa gado-gado yang dirasakan sama si Ronaldo.

Ckckck....tau gak sih, kalau semua pihak menyatakan kaget ketika Ronaldo bisa main di lapangan hijau lho. Mantan pemain BARCELONA, REAL MADRID, PSV EINDHOVEN, dan INTER MILAN ini sempat diprediksi tidak akan bisa merumut lagi karena cedera yang dialaminya pada Februari lalu ketika memperkuat AC MILAN melawan LIVORNO. Nah, akhirnya Ronaldo yang berusia 32 tahun ini bergabung dengan CORINTHIAS, dan bertanding setelah berkutat selama tida bulan untuk mengembalikan kondisinya. Bahkan sebelum cidera kali ini, penampilan Ronaldo dikritik karena dia mengalami overweight. Dan dia tidak pernah memperkuat Brasil di Piala Dunia sejak 2002.

Keren ya perjuangan Ronaldo untuk mewujudakan apa yang dia inginkan: BERMAIN BOLA LAGI. Karena kalau tidak main bola lagi dia akan menjadi gelandangan mungkin ya? JOBLESS. Sekalipun ada berbagai macam prediksi yang harus dipecahkan, tidak akan membuatku lelah untuk terus menilik dan mengulas tentang Ronaldo. Sebab, Cuma dia saja yang kutahu dari sekian ratus pemain bola. Hadheh....capek deh.

Waktu sekilas melihat foto Ronaldo yang sedang kegemukan di sebuah koran, perasaan kecewea muncul. Kok bisa ya? Bagaimana ini bia terjadi? Malu-maluin aja si Ronaldo sebagai pemain sepak bola yang profesional.





By : Eny Rofi'atul N.

OJEK PAYUNG…

SEBUAH JASA YANG PENUH RASA IRONI

Hari ini, tepatnya Kamis, 5 Maret 2009. Setelah dari MUI dan menyegat (bahasa jawa itu, yang artinya memberhentikan, menunggu untuk naik lah) bikun, dan apesnya warna biru sehingga aku memutuskan untuk berhenti di stasiun UI, kebetukan juga aku belum membeli Koran hari ini. Berita hari ini apa pun aku gak tahu sama sekali. Entah kenapa aku kurang merasa prefer dengan membaca hanya satu koran saja. Makanya semenjak awal Minggu ini, tepatnya hari Senin aku memutuskan untuk membaca dua merek koran yang lumayan baik menurutku. Media Indoesia dan Tempo tentunya. Setelah membeli, aku menunggu di halte stasiun dengan baju yang lumayan basah, tadi hujan kutebas aja. Malah ada pikiran gilaku untuk hujan-hujan, tetapi baru nyadar bahwa kesehatan itu mahal harganya apalagi minggu depan adalah musin UTS. Sakit yang sudah bisa diprediksi hanya akan menjadikan diriku tampak bodoh di depan diriku sendiri...?????paham kan maksudnya??

Ya begitulah kronologis cerita mengapa diriku yang kecapekan bisa duduk di stasiun dan memikirkan untuk membuat sebuah tulisan tentang fenomena hidup yang sesungguhnya. Aku baru nyadar bahwa ada kejadian ini hari ini, dan terutama (pastinya) terjadi di musim hujan. Ada beberapa anak kecil tengah menawarkan jasa payung, dan ada juga orang yang dengan senang hati (atau kasihankah?) memakai jasa anak kecil itu untuk memayungi dirinya dari mulai turunnya bikun di sebelah kiri jalan hingga menyeberang jalan menuju stasiun. Ada anak yang menawarkan jasa payungnya padaku, tentunya aku menolak lho. Kalau aja dia tahu tadi aku bermaksud hujan-hujanan dari MUI ke stasiun pasti tidak pernah terbesit satu keinginan pun untuk menawariku jasa ojek payung.

LALU??? SO what gitu dengan mereka?

Akan kuhubungan dengan dosen HTN ku yang sangat mumpuni di bidangnya (ya iyalah, namanya juga dosen…..)………..

Beliau tadi menawari kami yang berada di kelas A, apabila mau mendapatkan nilai A untuk HTN, harus beli buku punya nya Bpk Jimly Assiddiqie. Ada dua jilid bukunya. Beliau bilang untuk membelinya bisa di Gramed, atau langsung aja ke Toko Buku MK….dan bisa ditebak, keluarlah koor serentak hampir semua anak yang duduk di depan (karena yang di belakang paling bontot, gak bakal denger karena sibuk kuliah privat. Paling cuma ikutan hahahahhihiihi). Apa tanggapan beliau ketika mendengarkan koor itu?

“Ya saya maklum sekali. Generasi sekarang memang manja-manja, terutama mahasiswa. Dulu saja saya waktu masih jadi mahasiswa yang namanya buku akan kami kejar sampai ke ujung dunia, gak seperti kalian, yang loyo dan tidak bersemangat” beliau menuturkan kritikan tajamnya atas menurunnya partisipasi mahasiswa. Padahal itu demi kebaikan transkip nilainya lho.

Nah, sekarang coba dibuat sebuah hubungan antara kejadian ojek payung dengan menurunnya semangat etos perjuangan mahasiswa.

Seorang anak kecil yang memanfaatkan kerancuan cuaca untuk mencari nafkah, coba bayangkan seandainya yang memberi ojek payung itu orang dewasa? Adakah orang normal (kecuali bukan pacar atau saudaranya) yang mau megojek? apa yang sebenarnya terlihat dari mereka? Yuppp,,,benar sekali, pengharapan untuk dikasihani dan kemudian mendapatkan imbalan yang layak atas jasanya yang tidak seberapa. Eiiiitttssss …jangan bersu’udzon dulu dengan pendapatku ini.

Untuk sementara masalah ekonomi dan finansial jangan dilibatkan terlebih dahulu, meskipun seharusnya harus dikaitkan sejak awal, tetapi aku masih sulit mencari korelasi yang pas untuk hubungan sebab akibat yang sinkron. Tapi….coba aja simak dulu.

Secara tidak sadar kehidupan kita di bumi Indonesia yang kaya, subur, adil, dan makmur ini memang membingungkan dan mendebarkan. Sejak akhir-akhir ini, entah ada yang merasa perbedaanya atau tidak (semoga bukan dosen HTN ku aja yang merasa) manusia kita begitu cemen dan mudah menyerah. Dan kenapa yang menyerah ini justru mereka yang berada di masyarakat menengah ke bawah? Padahal presentase jumlah dan kualitas mereka adalah yang paling besar di Indonesia ini. Lihatlah keseharian kita yang selalu diliputi oleh rasa membelaskasihani, atupun sebaliknya, dibelaskasihani. Dan kenapa lagi kita menjadi hanyut dalam pola pandangan itu? Kita menikmatinya, menjalaninya, dan bahkan aplikasinya kita pakemkan dalam memori otak yang berkepanjangan dan terus menerus. Barangkali kita manusia yang pernah terdidik ini perlu memilah-milah dan berpikir lebih jauh lagi tentang sebab akibat dan fenomena yang berpotensi menjadi sebab ataupun akibat. Kasihan, sebuah feel yang manusiawi, tetapi ketika itu dijadikan sebuah patokan dan tolak ukur penilaian, sebuah kehancuran yang akan menimpa umat manusia.

Lihatlah anak-anak jalanan dan mereka yang berjenis sama dengan mereka, semua mengharapkan rasa kasihan bagi setiap orang yang dirasa mampu untuk memberikan recehan ataupun gocengan yan cukup buat untuk mengganjal perut di hari itu. Apa yang terjadi setelahnya? Mereka mengalami degradasi semangat, dan itu karena apa? Banyaknya orang yang masih mau memberi mereka rasa belas kasihan, makanya dalam pikiran mereka terlintas “ngapain gw kerja? Minta atau ngamen aja bisa buat makan sehari ”. Oke, mungkin pendapat yang saya berikan ini akan di cerca oleh banyak orang, terutama orang yang merasa ilfil dengan pemerintah, karena kegagalan perekonomian Indonesia selalu bertambah gagal setiap pergantian pemimpin dan musim-musim perebutan kekuasaan.

Saya pernah melihat seorang anak yang dia perpura-pura pingsan di jalan belakang Detos (yang tembus ke Gang Senggol), dan ada teman-temannya yan berpura-pura panik. Sampai sejauh ini tidak ada yang menggubris mereka, hingga muncul wanita dengan pakaian yang layak dan trendy berdiri di samping anak yang pingsan tadi, menanyai keadaannya, lalu memberikan air dan seolah-olah merasa khawatir sehingga menyulut datangnya orang untuk melihat keadaan anak tadi. Lalu bisa ditebak, lembaran uang pun mengalir kea rah anak yang pingsan tadi, 1000, 2000, 5000, 10.000, dan berlanjut hingga orang mulai bosan menunggu karena anak tadi tidak mau bangun juga. Akhirnya orang –orang yang mengerubungi pun pada bubar meninggalkan anak itu. Dan anehnya nih, wanita yang berpakaian trendy tidak juga meninggalkan anak yang pingsan tadi, melainkan tetap berdiri dengan pendangan panik dan berusaha menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. karena jengah menunggu, aku memutuskan untuk balik juga. Spend my time. Beberapa hari kemudian entah karena ada urusan apa, langkah kakiku membawa ke Detos, dan aku menemukan lagi anak yang berpura-pura pingsan seperti dulu, dan belajar dari pengalaman yang sudah-sudah aku memutuskan untuk meninggalkan anak kecil tadi.

Oke deh, karena topik yang beralih terlalu jauh mungkin ya, akhirnya aku tarik lagi pembicaraan ke ojek payung. Bagaimanapun juga, ironis ketika semakin lama pemuda kita yang akan meneruskan pembangunan bangsa Indonesia yang kaya dan makmur ini, hanya diisi oleh orang-orang yang bermental meminta belas kasihan. Akan di bawa kemana ketika bangsa yang berazaskan Pancasila ini hanya meminta bantuan bangsa lain, bahkan cenderung merepotkan bangsa lain untuk menanggung kelangsungan hidupnya? Nah, ujung ulasan kali ini sudah lumayan jelas kan? Bukan karena rasa belas kasihan kita yang salah, tetapi tempatkan itu pada hal yang semestinya. Tidak ingin kan, kalau budaya kasihan ini mendarah daging hingga akhirnya tidak bisa dirubah?

Ada seseorang yang saya kenal mengatakan begini ”kalau kita ingin menghabisi budaya meminta-minta yang payah itu, jangan pernah memberi pada pengemis di jalanan”. Jangan salah ya, aku dulu juga sempat sebel banget sama pendapat orang ini. Dia gak nyadar kali, kalau pengemis merasa kesulitan banget pada hidup yang ditanggungnya. Bahkan kalau bisa memilih, pengemis tidak akan pernah mau menjadi pengemis ketika dilahirkan. Tapi coba lihat pada permasalahan lebih panjang, dalam hal ini memandang semua permasalahan menjadi jangka panjang dan massif.

Tereretetettete.......ttttt. Udah bisa membandingkan kan? Sekalipun kita tidak memilikli pendapat yang sama, setidaknya kita tahu bahwa krisis kekuatan tidak hanya melanda moral generasi muda. Tetapi keinginan serba instan dan tidak ingin susah-susah (padahal hidupnya udah susah) telah membuat kita menjadi generasi kacangan. Kalalu Genk Gaul bilang, kita masih dalam tingkatan singkong. Apa maksudnya ya??????

LET’S DOING SOMETHING FOR OUR LUPHY COUNTRY.....

INDONESIA

Wassalam………………………..

By : Eny Rofi'atul N

OJEK PAYUNG…

OJEK PAYUNG…

Jumat, 06 Maret 2009

WWF dan Taman Nasional ujung Kulon Rekam Sembilan Badak

JAKARTA--MI: Lembaga Konservasi WWF Indonesia dan Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) berhasil merekam secara visual sembilan ekor badak jawa bercula satu di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon sejak Januari lalu.

"Sejak tambahan kamera mulai dioperasikan Januari lalu, kami telah merekam sembilan badak, termasuk induk dan anak, sehingga sangat membantu penelitian satwa yang sedang diambang kepunahan ini," kata Project Leader program konservasi badak WWF-Indonesia di Taman Nasional Ujung Kulon Adhi Rachmat Hariyadi melalui siaran persnya di Jakarta.

WWF-Indonesia dan Balai TNUK sejak akhir Desember 2008 lalu telah menyelesaikan pemasangan 34 unit kamera jebak (trapping camera) di 34 blok di sekitar Taman Nasional Ujung Kulon.

Dengan demikian hampir semua tempat-tempat yang menjadi lintasan satwa langka bercula satu tersebut dapat dimonitor dan rahasia hidup mamalia besar ini dapat dipelajari secara teliti 24 jam sehari.

Pemasangan kamera ini diharapkan akan semakin mengembangkan pengetahuan ilmiah tentang satwa yang terancam punah dan hanya tersisa kurang dari 60 individu di Indonesia dan Vietnam tersebut.

Badak Jawa adalah badak yang paling langka dari lima jenis badak yang ada di dunia. Jumlah populasinya diperkirakan sekitar 50 ekor di Taman Nasional Ujung Kulon. WWF telah mengidentifikasi sekitar 37 badak di Ujung Kulon menggunakan kamera jebak.

WWF-Indonesia dan TN Ujung Kulon pertama kali memasang 4 unit kamera pada 2007 kemudian menambah 30 unit video kamera baru pada Desember 2008 lalu.

Badak jawa adalah satwa yang dikenal bersifat pemalu dan soliter sehingga teknologi video jebak diharapkan dapat membantu mengenal lebih jauh satwa yang beratnya bisa mencapai lebih dari 2 ton ini.

Misalnya saja dalam klip video yang didapatkan baru-baru ini terlihat seekor badak jantan berbagi wilayah dengan badak betina dan anaknya pada satu lokasi kubangan, dimana hal tersebut merupakan suatu kondisi yang belum pernah diketahui sebelumnya.

Sementara itu, dalam rekaman video lainnya terlihat seekor badak mengambil alih kubangan lumpur babi hutan lalu mengejarnya. Itu merupakan video pertama yang merekam perilaku agresi badak terhadap satwa lain.

Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Agus Priambudi mengatakan hasil rekaman video tersebut merupakan alat yang penting dan menjadi menjadi bukti ilmiah dalam upaya menyelamatkan spesies badak Jawa dari kepunahan.

"Dengan mengenal lebih jauh satwa ini melalui video, diharapkan dapat tumbuh rasa bangga masyarakat, juga pada Pemerintah daerah dan Pusat sehingga pada akhirnya meningkatkan dukungan mereka terhadap konservasi satwa ini," kata Agus.

Dari dua populasi badak Jawa yang tersisa di dunia, populasi badak jawa di TN Ujung Kulon, Indonesia memiliki peluang bertahan hidup yang lebih baik, terbukti hanya populasi tersebut yang menunjukkan perkembangbiakan.

Meskipun demikian, populasi yang sehat harus memiliki catatan kelahiran beberapa individu baru setiap tahunnya.

"Kami merasa khawatir karena sangat sedikit tanda-tanda adanya anak badak yang baru lahir beberapa tahun kebelakang ini dan populasi badak jawa di Ujung Kulon mungkin bergantung pada dua atau tiga betina saja," kata Adhi

Sementara itu, belum pernah terbukti adanya tanda-tanda perkembangbiakan badak Jawa di Taman Nasional Cat Tien di Vietnam.

Sejumlah ahli badak dunia berkumpul di Bogor pada 2-3 Maret lalu atas prakarsa IUCN Asian Rhino Specialist Group (AsRGS) untuk membahas rencana dan perkembangan kemajuan konservasi badak Indonesia.

Direktur Eksekutif International Rhino Foundation (IRF), Dr Susie Ellis mengatakan berlanjutnya perlindungan badak Jawa di Ujung Kulon sangat penting.

Susie mengatakan pengkonservasi Badak Jawa harus membuat rencana konservasi di masa depan, dan langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi lokasi yang cocok dan aman dimana rumah kedua bagi badak Jawa dapat ditetapkan.

"Badak jawa yang seluruh populasinya berada di satu tempat sangat rentan dan beresiko terancam bahaya yang tiba-tiba muncul seperti penyakit, letusan gunung berapi dan ancaman bahaya lainnya" kata Susie.

Untuk melindungi populasi badak Jawa dari kepunahan, Pemerintah Indonesia meluncurkan strategi konservasi badak tahun 2007 lalu atau yang dikenal dengan nama Proyek Abad Badak, bekerja sama dengan WWF, IRF, Asian Rhino Project, Yayasan Badak Indonesia (YABI) dan US Fish & Wildlife Service.

Proyek Abad Badak bertujuan untuk mengembangkan rumah kedua bagi badak Jawa melalui translokasi beberapa individu dari Ujung Kulon ke daerah yang sesuai. (Ant/OL-01)

sumber : http://www.mediaindonesia.com/read/2009/03/03/63890/89/14/WWF_dan_Taman_Nasional_ujung_Kulon_Rekam_Sembilan_Badak


badak adalah hwan yanng sangat pemalu, begitu dikatakan dalam sebuah berita. sangat jarang orang bisa melihat badak beraktifitas dengan mata telanjang kalau tidak badak itu sedang mati, alias sensor di kulitnya tidak mendeteksi lagi adanya musuh atau serangan.

entah kenapa baru-baru ini bermunculan berita yang membuat kita miris dengan nasib hewan yang di lindungi di Indonesia. semoga kita yang saat ini begitu prihatin dengan keadaan hewan-hewan itu tidak berbalik menjadi pengecut dengan melakukan tindak kejahatan itu. manguliti harimau, memburu gajah untuk diambil taringnya, membunuh hewan yang tidak berdosa,,,,,

begitu banyak kerugian yang ditimbulkan oleh umat manusia sekarang ini....

ingat ya, kita bukan bar-bar atau kanibal. kita MANUSIA, punya hati dan otak untuk berpikir.

lakukan hal yang seharusnya dilakukan //////.....,,,'''