Jumat, 06 Maret 2009

WWF dan Taman Nasional ujung Kulon Rekam Sembilan Badak

JAKARTA--MI: Lembaga Konservasi WWF Indonesia dan Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) berhasil merekam secara visual sembilan ekor badak jawa bercula satu di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon sejak Januari lalu.

"Sejak tambahan kamera mulai dioperasikan Januari lalu, kami telah merekam sembilan badak, termasuk induk dan anak, sehingga sangat membantu penelitian satwa yang sedang diambang kepunahan ini," kata Project Leader program konservasi badak WWF-Indonesia di Taman Nasional Ujung Kulon Adhi Rachmat Hariyadi melalui siaran persnya di Jakarta.

WWF-Indonesia dan Balai TNUK sejak akhir Desember 2008 lalu telah menyelesaikan pemasangan 34 unit kamera jebak (trapping camera) di 34 blok di sekitar Taman Nasional Ujung Kulon.

Dengan demikian hampir semua tempat-tempat yang menjadi lintasan satwa langka bercula satu tersebut dapat dimonitor dan rahasia hidup mamalia besar ini dapat dipelajari secara teliti 24 jam sehari.

Pemasangan kamera ini diharapkan akan semakin mengembangkan pengetahuan ilmiah tentang satwa yang terancam punah dan hanya tersisa kurang dari 60 individu di Indonesia dan Vietnam tersebut.

Badak Jawa adalah badak yang paling langka dari lima jenis badak yang ada di dunia. Jumlah populasinya diperkirakan sekitar 50 ekor di Taman Nasional Ujung Kulon. WWF telah mengidentifikasi sekitar 37 badak di Ujung Kulon menggunakan kamera jebak.

WWF-Indonesia dan TN Ujung Kulon pertama kali memasang 4 unit kamera pada 2007 kemudian menambah 30 unit video kamera baru pada Desember 2008 lalu.

Badak jawa adalah satwa yang dikenal bersifat pemalu dan soliter sehingga teknologi video jebak diharapkan dapat membantu mengenal lebih jauh satwa yang beratnya bisa mencapai lebih dari 2 ton ini.

Misalnya saja dalam klip video yang didapatkan baru-baru ini terlihat seekor badak jantan berbagi wilayah dengan badak betina dan anaknya pada satu lokasi kubangan, dimana hal tersebut merupakan suatu kondisi yang belum pernah diketahui sebelumnya.

Sementara itu, dalam rekaman video lainnya terlihat seekor badak mengambil alih kubangan lumpur babi hutan lalu mengejarnya. Itu merupakan video pertama yang merekam perilaku agresi badak terhadap satwa lain.

Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Agus Priambudi mengatakan hasil rekaman video tersebut merupakan alat yang penting dan menjadi menjadi bukti ilmiah dalam upaya menyelamatkan spesies badak Jawa dari kepunahan.

"Dengan mengenal lebih jauh satwa ini melalui video, diharapkan dapat tumbuh rasa bangga masyarakat, juga pada Pemerintah daerah dan Pusat sehingga pada akhirnya meningkatkan dukungan mereka terhadap konservasi satwa ini," kata Agus.

Dari dua populasi badak Jawa yang tersisa di dunia, populasi badak jawa di TN Ujung Kulon, Indonesia memiliki peluang bertahan hidup yang lebih baik, terbukti hanya populasi tersebut yang menunjukkan perkembangbiakan.

Meskipun demikian, populasi yang sehat harus memiliki catatan kelahiran beberapa individu baru setiap tahunnya.

"Kami merasa khawatir karena sangat sedikit tanda-tanda adanya anak badak yang baru lahir beberapa tahun kebelakang ini dan populasi badak jawa di Ujung Kulon mungkin bergantung pada dua atau tiga betina saja," kata Adhi

Sementara itu, belum pernah terbukti adanya tanda-tanda perkembangbiakan badak Jawa di Taman Nasional Cat Tien di Vietnam.

Sejumlah ahli badak dunia berkumpul di Bogor pada 2-3 Maret lalu atas prakarsa IUCN Asian Rhino Specialist Group (AsRGS) untuk membahas rencana dan perkembangan kemajuan konservasi badak Indonesia.

Direktur Eksekutif International Rhino Foundation (IRF), Dr Susie Ellis mengatakan berlanjutnya perlindungan badak Jawa di Ujung Kulon sangat penting.

Susie mengatakan pengkonservasi Badak Jawa harus membuat rencana konservasi di masa depan, dan langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi lokasi yang cocok dan aman dimana rumah kedua bagi badak Jawa dapat ditetapkan.

"Badak jawa yang seluruh populasinya berada di satu tempat sangat rentan dan beresiko terancam bahaya yang tiba-tiba muncul seperti penyakit, letusan gunung berapi dan ancaman bahaya lainnya" kata Susie.

Untuk melindungi populasi badak Jawa dari kepunahan, Pemerintah Indonesia meluncurkan strategi konservasi badak tahun 2007 lalu atau yang dikenal dengan nama Proyek Abad Badak, bekerja sama dengan WWF, IRF, Asian Rhino Project, Yayasan Badak Indonesia (YABI) dan US Fish & Wildlife Service.

Proyek Abad Badak bertujuan untuk mengembangkan rumah kedua bagi badak Jawa melalui translokasi beberapa individu dari Ujung Kulon ke daerah yang sesuai. (Ant/OL-01)

sumber : http://www.mediaindonesia.com/read/2009/03/03/63890/89/14/WWF_dan_Taman_Nasional_ujung_Kulon_Rekam_Sembilan_Badak


badak adalah hwan yanng sangat pemalu, begitu dikatakan dalam sebuah berita. sangat jarang orang bisa melihat badak beraktifitas dengan mata telanjang kalau tidak badak itu sedang mati, alias sensor di kulitnya tidak mendeteksi lagi adanya musuh atau serangan.

entah kenapa baru-baru ini bermunculan berita yang membuat kita miris dengan nasib hewan yang di lindungi di Indonesia. semoga kita yang saat ini begitu prihatin dengan keadaan hewan-hewan itu tidak berbalik menjadi pengecut dengan melakukan tindak kejahatan itu. manguliti harimau, memburu gajah untuk diambil taringnya, membunuh hewan yang tidak berdosa,,,,,

begitu banyak kerugian yang ditimbulkan oleh umat manusia sekarang ini....

ingat ya, kita bukan bar-bar atau kanibal. kita MANUSIA, punya hati dan otak untuk berpikir.

lakukan hal yang seharusnya dilakukan //////.....,,,'''

Tidak ada komentar: